Tuk yang sedang dag dig dug der menunggu hasil pengumuman kelulusan PPDS UGM, silakan dilanjutkan membaca tulisan ini.
Setahun. Yap, it's already almost a year being pediatric resident. Saya masih ingat tepat setahun lalu saya galau menunggu pengumuman ppds. Tentu hanya ada dua, diterima atau belum. Pasalnya, menjadi spesialis tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, tidak berani terlintas di benak saya. Siapalah saya ini? Hasil merantau di berbagai pulau tidak pernah terkumpul dalam bentuk tabungan yang memungkinkan saya masuk ppds. Sungguh mati, sampai membayangkannya saja tidak berani.
Oleh karenanya, selama merantau ini saya jadi pemburu beasiswa. Tentu saja incaran saya adalah S2 Luar Negeri. Zaman mengejar TOEFL dan ujian TOEFL lebih dari Lima kali pernah saya jabanin, tapi belum berhasil nembus 550. Beneran, saya gak bohong. Skor TOEFL saya sampai sekarang gak pernah nembus itu. Frustasi, jelas. Karena mimpi saya saat itu LN, saya banting setir ke IELTS, menu baru yang sekali ujian 2jtan lebih dibndingkan TOEFL hanya 300an. Masa saya memisahkan diri dari gadget pun pernah terjadi ketika mengejar skor IELTS. It was a hard time untuk saya yang suka ngomong inggris tapi gak suka grammar. Nyatanya,masa itu berlalu. Nilai IELTS saya cukuplah untuk sekadar melamar beberapa beasiswa.
Tahun 2013 saya tugas di Desa Tosari, tepat di lereng Gunung Bromo sebagai Pencerah nusantara bareng empat gadis keren lainnya. Mereka saksi hidup entah berapa beasiswa dicoba dan gagal. Sampai akhirnya saya pindah ke Papua, beasiswa luar negeri itu baru berhasil. Tidak ada kerja keras yang sia-sia, saya yakin itu. God never sleep guys. Bahkan saya yang gak berani ngimpi spesialis pun, oleh Yang Maha Mendengar dibelokkan jalan hidupnya.Bagi saya ini mendadak, saya super galau saat itu untuk memutuskan ambil master atau spesialis, karena ndilalah beasiswa keduanya diterima. Bukan hal mudah mengubah jalur hidup yang sudah kita rencanakan.
Dulu saya sempat punya beberapa opsi dalam kepala saya. Sekolah master dulu pake beasiswa A dengan lobi penangguhan waktu spesialis ke beasiswa B. Juga sebaliknya, ngelarin spesialis dulu tapi tetap mengkeep beasiswa A tuk menunda tahun masuk. Nah, itulah manusia. Kemaruk, gak pernah mau memilih. Penginnya bisa jalan semua.
Sampai saya berada di satu titik pasrah bahwa ketika jalan saya abu-abu maka pasti akan ada pihak yang dirugikan. Hal ini berlaku umum, kadang akal rasionalitas kita harus jalan dan tidak pakai kata "eman-eman". Bukan hal mudah tul memutuskan hubungan baik-baik saja dengan beasiswa A bahwa saya lebih baik mundur di awal dengan terhormat daripada saya mengecewakan mereka dan tentu saja lebih ke psikologis saya menutup kursi orang lain yang seharusnya bisa masuk. Orang yang pertama kali kecewa dengan putusan saya,jelas saja adik saya. Kita sama-sama pernah mendaftar di beasiswa ini juga. Memutuskan memilih beasiswa spesialis, jelas banting setir.
Yang awalnya saya belajar semua hal berbau IELTS dll, berubah menjadi tumpukan buku anak. Saya totalitas ketika mengubah haluan, tiga kali cuti bolak balik Papua-Yogya-Jakarta untuk melengkapi semua persyaratan sekaligus update ilmu seminar anak. Saat itu, layaknya orang perang, saya cuma punya satu kesempatan mendaftar. Jika gagal, saya sudah akan kembali ke haluan awal, master luar negeri. Entahlah, karena hanya punya kesempatan satu-satunya, saya mempush diri mati-matian. Bagi saya yang jarang tersentuh ilmu klinis, jelaslah daftar ppds kudu belajar dan kerja keras.
Dan....setahun yang lalu, tepat di bulan Juni, saya punya hobi baru ngecek WEBSITE UGM tiap hari. Awalnya dibilang pengumuman minggu kedua bulan Juni tapi sampai saat yang ditentukan belum keluar juga, eh ternyata memang mundur. Super deg-degan, pengen cepet tahu hasil biar bisa move on menentukan jalan hidup lainnya jika belum keterima.
Tips biar gak galau menunggu pengumuman PPDS UGM Juni 2016
1. Just Believe kalau sekolah bagian dari perjalanan hidup yang sudah ada "takdirnya". Jika belum diterima saat ini di UGM, boleh jadi diterima di periode dan tempat lain yang kita tidak pernah tahu.
2. Tebar Kebaikan, apapun bentuk kebaikannya terserah. Berbagi rezeki dengan niatan diberikan hasil yang terbaik, apapun itu hasilnya.
3. Doa Restu Ayah Bunda, jika bisa berkunjung atau memeluk orang tua, lakukan dan sering-sering sungkem. Gunakan waktu yang masih ada untuk kumpul sebanyak-banyaknya dengan keluarga mumpung masih bisa dan belum tenggelam dalam kesibukan "residensi"
4. Never Give Up, percayalah anda bukan orang pertama yang mencoba PPDS Anak UGM sampai dua kali dan baru berhasil, ada banyak yang sebelumnya melewati kisah lebih heroik. Yang nantinya membedakan anda dengan kami yang sudah duluan masuk di residensi anak UGM adalah "pantang menyerah". Seperti pantun khusus berikut :)
Main di taman enaknya bawa anak
Hati-hati anak berlarian bisa jatuh berdarah
Jangan bersedih jika belum lolos PPDS Anak
Tetap berjuang, coba lagi, dan pantang menyerah
So, selamat berpuasa dan semoga Tuhan mengijabah doa kita sekalian. Amiin
Salam,
Avis
No comments:
Post a Comment