Damhuri Muhammad masih menjadi salah satu cerpenis senior yang bagi saya ciri tulisannya adalah "jujur". Dia menulis dengan rasa peduli pada kejadian remeh temeh sekitarnya. Pun juga kejadian pada bangsa ini. Tulisan beratnya yang di buku Takhayul Milenial itu benar adanya. Namun, saat ini saya tidak akan sedang membahasnya.
Saya tertarik membidik tema ibu pada beberapa cerpen beliau yang acap kali diberikan pergulatan dengan anak-anaknya. Salah satunya pada Anak-anak Peluru digambarkan kerinduan ibu renta yang sudah berumur lebih dari 70 tahun menanti kehadiran kembali ketiga anaknya yang merantau. Rehan, Acin, Ruz yang pada akhirnya satu per satu mengembara dengan berbagai alasan. Tidak satu pun dari mereka kembali, seperti peluru yang tidka pernah kembali ke moncong senapan setelah ditembakkan. Apakah seorang ibu dapat menahan anaknya untuk tidak pergi merantau?
Saya ikut merasakan ketika melihat nenek saya menua, dia pasti sama dengan tokoh si ibu ini, merindu anak-anaknya yang merantau, salah satunya tentu mama saya. Berada terpisah dari anak-anak yang disayang hanya bisa berhubungan dalam doa tanpa sentuhan fisik langsung.Namun, rasa dan firasat dari seorang ibu yang membawa janinnya 9 bulan dan membesarkan serta menyekolahkan sampai jadi orang tetap akan ada. Kekhawatiran seorang ibu jelas akan selalu ada walau anaknya sudah beranak juga.
Pada akhirnya, saya masih berharap akhir cerita kali ini ada sesercah harapan pada jiwa renta ibu yang penuh penantian tersebut. Setidaknya, jikalau anak-anak pelurunya tidak kembali, minimal ada surat balasan dari mereka, sesederhana itu pikiran dan penantian ibu.
#Batch6Padmedia
#KelasMenulisCerpen
No comments:
Post a Comment