Memberikan yang TERBAIK, itulah kami.
Dari awal kami masuk, kami menjalani berbagai rangkaian ujian yang tidak mudah. Ujian bahkan sudah dimulai dari sebelum kami memutuskan untuk memilih UGM. Hingga tahap demi tahap ujian tulis, jurnal, kesehatan, anamnesis,pemeriksaan fisik dan wawancara terlampai dan nama kami berada di sana, yah di Pengumuman Kelulusan Residen Baru.
dr.Riyu dan dr.Nadia masuk dalam peringkat lima besar Ujian Nasional 2017
Lalu kami naik kelas menjadi madya dimana ini adalah periode antara antara junior dan senior dimana kami lepas dari tugas “kejunioran” namun makin dekat dengan tanggungjawab sebagai ‘senior”. Bukan hal mudah menjadi perantara dan memasuki setiap stase yang artinya menjadi perpanjangan tangan para supervisor. Kondisi pasien tentu bergantung sepenuhnya pada kami yang melaporkan kondisi mereka kepada para guru kami. Ditempa, diuji, dan maju presentasi ilmiah sudah menjadi santapan harian di tahap ini. Tentu saja sebelumnya dilatih di tahap junior. Tentu saja pula sampai kami lulus belum tentu kami memenuhi standar presentasi ideal para supervisor dan untuk itulah kami terus belajar memperbaiki diri.
Kami beruntung kami dapat beraktivitas di luar kegiatan ilmiah karena itu mem-balance-kan hidup kami. Ada ikatan keluarga residen (ikares) di setiap bagian yang memfasilitasi beragam ide kami.
Bersama Ikares Anak Periode kepengurusan 2016-2017 yang digawangi ibu suri dr.Sasri
Acara buka puasa bersama 2017 dan berdoa untuk kebaikan bersama
Merayakan 17 Agustus bersama pasien Hayyu yang namanya mencerminkan 'kemerdekaan'. Sehat terus ya nak karena semangatmu membuat kami kagum
Kembali ke dunia nyata bahwa kami belajar dari para ahlinya untuk menjadi yang terbaik
Dan tibalah saat menjadi senior yang mana bebannya tentu lebih berat karena dituntut membimbing adik-adiknya sembari menyelesaikan rangkaian syarat senior menuju ujian negara. Bukan hal mudah karena rentang waktu senior hanya hitungan bulan dan syarat yang harus diselesaikan begitu banyak. Tapi konon itu semua terbayar lunas ketika akhirnya bisa ujian lokal (ULOK) sampai dengan ujian nasional (UNAS) dan dinyatakan LULUS. Perjuangan berpisah dari keluarga (suami/istri dan anak, mama, papa, mertua, saudara, kakek, nenek) terbayar sudah. Tidak jarang kami dokter anak memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak “orang” dibandingkan anak sendiri.
Foto perjuangan para senior sampai akhirnya di acara "Pisah Sambut" alias lulus sah...selamat ya
mas mba. So proud of you guys. All the best! Thanks to here with us in big family of IKA-UGM
Sungguh empat tahun akan terasa cepat dan saat tiba di penghujung cerita, kami baru akan menyadari betapa banyak hal yang sudah dilalui bersama. Menangis, tertawa,tertidur, tertabrak, menabrak, terjatuh, menjatuhkan,menginfus, diinfus, merawat, dirawat, dan banyak hal lain. Kadang kami menjadi subyeknya tidak jarang kami menjadi objeknya alias somehoy, most of us become patient. Begitulah hidup, dan akhirnya kami menyadari perjuangan mempertahankan tradisi menjadi yang TERBAIK ini hanyalah awal dari seluruh perjalanan panjang ketika kami lulus dan mengganti sebutan residen anak menjadi DOKTER SPESIALIS ANAK.
Jelas semua itu tidak lepas dari jasa-jasa para guru kami. Tanpa para guru kami, tidak mungkin kami bisa selalu berada di peringkat LIMA besar ujian nasional dan lulus tepat waktu. Terima kasih kepada guru kami “cikgu” yang dengan luar biasa telah mendharmabaktikan jiwanya untuk kemajuan dunia kedokteran anak Indonesia. Doa kami semomga para guru kami selalu diberikan kesehatan dan segala ilmu yang telah diajarkan menjadi amal jariyah mereka yang tidak pernah terputus pahalanya.
Video bersama para guru kami tercinta
Jujur tidak pernah tidak menangis melihat video di atas yang berisi para guru kami padahal saya belum mau lulusan. Rasanya tidak akan ada habisnya berterima kasih pada mereka atas ilmu yang telah diberikan.
Sungkem untuk semua guru kami.
Salam
Avis
No comments:
Post a Comment